Langsung ke konten utama

Surga, Neraka, dan Kedamaian


Ini bukan aku. Tidak terbiasa menulis tentang agama. Tapi, akhir-akhir ini aku ingin sekali menuangkan pendapat, namun belum menemukan orang yang dapat diajak berdiskusi dan saling menghormati opini orang lain. Dan di sini lagi, di sebuah tulisan. Blog ini sudah seperti gua yang jarang aku jamah. Dan sekarang aku ingin mengisi ini lagi.

Disclaimer! Aku sama sekali bukan ahli agama. Sebagai seorang  yang masih survive dalam journey of religion eaa..

Sebagai seorang yang mudah ingin tahu, aku mempelajari berbagai macam aliran keagamaan selama 6 tahun terakhir ini. Dari berbagai perspektif sekolah, teman, keluarga, kampus bahkan tokoh-tokoh agama yang biasa aku dengar ceramahnya di YouTube.

Islam sangat complicated. Kita tidak bisa menganggap diri kita benar hanya karena kita menjunjung ego kepercayaan kita, menganggap sudah cukup bahkan sampai menyalahkan pendapat orang lain. Islam sangat meluas, tidak ada limit dalam mempelajari islam.

Aku tidak akan membahas jauh, aku hanya ingin bercerita bagaimana aku menganggap bagaimana itu ibadah. Dulu, aku menganggap ibadah hanya sebuah ritual yang sudah diajarkan dan diturunkan oleh orangtuaku. Sholat, puasa, sedekah. Itu. Tanpa tahu apa esensi kita menjalanakan ibadah itu. It's a long journey, ikut kajian islam, bertanya kepada yang lebih tau, mendengarkan pendapat orang lain. Kita terkadang menganggap remeh orang yang tidak terlalu menampakkan keagamaannya, karena mereka menganggap itu hal privasi mereka, namun ketika kita bertanya opini mereka, itu bisa jadi ilmu baru bagi kita. Seperti kata Ki Hajar Dewantara, sekolah bisa di mana saja, teman, keluarga, bahkan makhluk hidup lainnya.

Kembali lagi soal ibadah. Banyak orang yang tidak ingin masuk islam, karena ritual-ritual agama yang banyak, continue dan belum tahu apa maknanya. Terus bagaimana soal orang muslim? Apakah mereka selama bertahun-tahun hidupnya sudah tahu makna ritual agama mereka?

Ya, termasuk saya sendiri. Menjalankan sholat, puasa dan ibadah lainnya atas dasar takut neraka dan ingin masuk surga. DISCLAIMER! Tidak mengapa kita beribadah untuk masuk surga dan agar terhindar dari neraka. Karena Allah sudah menjanjikan itu. It's okey. Tapi, yang aku rasakan, kenikmatan dalam beribadahku jadi hilang guys. Beribadah mengingat keindahan surga dengan berimajinasi, puasa agar terhindar dari panasnya neraka sehingga selama beribadah rasa takut sering muncul. Itu yang aku rasakan.

Sehingga suatu hari, aku mendengarkan ceramah seorang Habib. The way he talked about islam, very peaceful. Penuh kecintaan. Habib Husain Ja'far menjelaskan betapa Allah cinta kepada semua hambanya. Islam dibangun atas dasar kecintaan. Even orang yang bermaksiat, atheis sekalipun tetap Allah kasih makan, tetap Allah kasih hidup. Karena atas dasar kecintaan Allah sama kita. Setelah mendengar ceramah itu, aku mencoba mengubah mindset dalam beribadah. Allah sangat sayang, cinta loh sama kita. Sebenarnya Allah nggak butuh kita, tapi kita yang butuh Allah. Segala kenikmatan Allah kasih, walau harus ada ujian-ujian di setiap harinya tapi Allah tuh sayang sama kita.

Sehingga aku coba terapkan dalam ritual-ritual ibadahku. Tidak lagi karena surga atau neraka, tapi karena Allah cinta sama kita. Bersosialisasi denga sekitar atas dasar kecintaan. Beribadah lebih damai, tenteram, yang kita ingat hanya cinta Allah, ridho Allah. Surga dan neraka urusan akhir. Kerena toh kita bukan panitia surga neraka, semua ada di tangan Allah.

Aku mengutip dari buku Habib Husain Ja'far, "Tuhan itu tidak di masjid, gereja, sekolah, dan tempat lainnya. TUHAN ADA DI HATIMU."

Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

nyemangatin diri

"Orang cerdas akan dikalahkan oleh orang beruntung". Bener gak? Aku setuju banget sama quote ini :D. Tapi apa selamanya quote ini bener? Menurutku, quote ini punya 2 sisi. Sisi negatif sama positif. Sisi positif dari quote ini menurutku yahh.. bukan menurut nenek aku :v adalah bisa buat diri kita gak sombong. Why? Coba kita pikir,kita punya kelebihan masing2 yg udah ditentuin Allah,kadang kelebihan itu gak dimiliki sama orang lain. Nahhh... di saat itu juga kadang rasa sombong kita muncul. Aku juga pernah ngalamain itu,cause I'm not an angle. Saat kita berkompetisi sama yg lain yg kita anggap rendahan aja dan tiba2 jadi tenar,atau nilainya tinggi,atau dapet uang 200 milyar yang padahal kita nganggep diri kita hebat. Nahh disini sih menurutku sisi positif nya. Secerdas apa kita,sekaya apa kita,secantik apa kita masih ada langit di atas langit. *Ciee sok bijak* Terus.. sisi negatifnya sih menurutku ngebuat orang jadi males buat cerdas. Mereka,orang yg gampang banget perca